1.
Dalam
siklus hodrologis, lahan basah mempunyai peran penting. Sebutkan dan jelaskan
peran tersebut. Berikan penilaian terhadap lahan basah di Kalimantan Selatan,
sampai sejauh mana keberadaan peran tersebut?
2.
Curah
hujan rata-rata tahunan di Meratus 1000 M liter/bulan, 80% menjadi air larian
dan masuk ke berbagai sungai, di antaranya 1.800.000 liter/tahun mengalir
melalui Sungai Riam Kiwa. Namun dari sungai ini hanya mampu mengairi 100 hektar
lahan dengan masing-masing 9000 liter/tahun. Sisanya kembali terevaporasi dan
evapotranspirasi. Dengan asumsi yang sama, berapakah peranan vegetasi dalam
melakukan evapotranspirasi pada lima sungai lainnya, yakni Sungai Riam Kanan,
Sungai Amandit, Sungai Batang Alai, Sungai Alabio, dan Sungai Tabalong jika
perbandingan debit airnya sepanjang tahun 1 : 1 : 1 :1 : 1 ? Tentukan juga
total transpirasi dan evapotranspirasi jika perbandingannya 1 : 2 !
3.
Sebutkan
perbedaan antara rawa lebak dan rawa pasang surut!
-----------------------------------------------------------------------------------
1.
Salah
satu peran lahan basah yang penting dalam siklus hidrologi yaitu sebagai
penyimpan air (bisa
juga disebut penampung air). Air hujan yang turun ke kawasan lahan basah
tersebut akan disimpan di kawasan tersebut. Selain itu peran yang lain dapat
melindungi kualitas air dan kuantitasnya dalam jumlah yang cukup. Dari segi
sedimentasi yang dibawa oleh run off, maka wetlang juga menahan unsure-unsur
hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, juga menahan endapan agar tidak
terbawa oleh arus sungai yang akan menyebabkan pendangkalan.
Di daerah Kalimantan Selatan peran
tersebut dapat terlihat di daerah lahan basah pegunungan Meratus, cekungan Barito (DAS Barito) dan sekitarnya. Air
hujan dari pegunungan Meratus akan diserap dan di alirkan ke DAS Barito. Jadi,
peran pegunungan meratus yaitu menyerap air dan sebagai sumber air untuk daerah
di sekitarnya. Untuk daerah cekungan Barito berperan untuk menjaga kualitas dan
kuantitas air. Perannya dilihat dari kuantitas yang cukup dan seimbang yaitu,
lahan basah cekungan Barito dapat diibaratkan sebagai spons (busa) raksasa, yakni pada musim
hujan, dia akan menyerap air dan jika terjadi kelebihan maka air tersebut akan
dialirkan menjadi air tanah (Ground water). Pada musim kering air dari lahan
basah akan dikeluarkan untuk dimanfaatkan.
2.
Bagaimana
Kamu akan menyelesaikan pertanyaan
numb 2?? Bukan maksudku membingungkan kamu dengan pertanyaan tersebut, hanya
saja ini adalah soal yang menjadi hidangan utama pada mid test mata kuliah
Pengenalan Lingkungan Lahan Basah (PLLB) beberapa waktu yang lalu..ha..ha..
Mungkin kelihatannya sederhana, tapi sungguh, aku harus menguras pemikiranku untuk menyelesaikan soal yang sepertinya
sederhana itu.
Aku pribadi awal-awalnya kurang
memahami maksud dari soal tersebut. Pada penerangan awal kita diberi tahu bahwa
curah hujan rata-rata tahunan di Meratus 100 M liter (100.000.000 liter) per
bulan, yang artinya dalam setahun curan hujan rata-ratanya adalah:
(100.000.000 liter/bulan) x (12
bulan) = 1.200.000.000 liter/tahun
Keterangan berikutnya menyebutkan
bahwa 80% dari curah hujan tersebut menjadi air larian dan masuk ke berbagai
sungai:
80% dari 1.200.000.000 = 960.000.000
liter/tahun
Diantara air tersebut mengalir ke
sungai Riam Kiwa sebanyak 1.800.000 liter. Dilanjutkan pada keterangan
berikutnya, bahwa sungai tersebut hanya mampu mengairi 100 hektar lahan
masing-masing 9.000 liter, aku
mengasumsikan totalnya menjadi 900.000 liter (100 x 9.000 liter). Apakah Kamu setuju dengan pengalian yang ku lakukan, aku harap untuk sampai hal ini adalah
ya. (coba katakan ya, sepakat kita…)
Nah, di mulai dari sini lah
kebingunganku muncul.
Jika demikian, maka air yang mengalami evaporasi dan evapotranspirasi adalah
sisanya:
Evaporasi dan evapotranspirasi = Air
yang melalui Riam Kiwa – air untuk mengairi
100 hektar lahan
=
1.800.000 – 900.000
=
900.000 liter
Dijelaskan bahwa dengan asumsi yang
sama vegetasi berperan dalam evapotranspirasi pada lima sungai lainnya, yakni,
sungai Riam Kanan, sungai Amandit, sungai Batang Alai, sungai Alabio dan sungai
Tabalong, di mana perbandingan debit airnya sepanjang tahun 1 : 1 : 1 : 1 : 1.
Menurut pandanganku, jika halnya demikian maka debit
air yang mengalir di setiap sungai pada setiap tahunnya adalah sama yaitu
1.800.000 liter/tahun, dengan 900.000 liter/tahun digunakan untuk mengairi
pertanian. Maka sisa air yang berevaporasi dan evapotranspirasi pun adalah sama
900.000 liter/tahun. Untuk yang satu ini ada banyak perbedaan pendapat terhadap
maksud dari ‘asumsi yang sama’, tapi ya,, seperti inilah aku menjawab soal ini pada mid test
waktu itu. Jadi, total evapotranspirasi dan evaporasi yang terjadi adalah
900.000 liter/tahun.
Perbandingan antara evapotranspirasi
dan evaporasi adalah 1 : 2, maka:
Evapotranspirasi = (1/3) x 900.000 =
300.000 liter/tahun
Evaporasi = (2/3) x 900.000 =
600.000 liter/tahun
Peranan vegetasi dalam
berevapotranspirasi pada setiap sungai adalah 300.000 liter/tahun.
Kesimpulannya menurutku, bahwa keterangan-keterangan lain
yang terdapat pada bagian awal soal hanyalah sebagai pengecoh belaka. Pun,
cukup dengan mengetahui debit air yang mengalir pada sungai Riam Kiwa dan
pengunaannya pada lahan merupakan informasi kuncinya. ^_~ tiing . . .
3.
Perbedaan
rawa lebak dan rawa pasang surut yaitu:
Rawa lebak (tergenang)
- Air yang ada dipengaruhi oleh
banyaknya air hujan yang turun
- Airnya biasanya bersifat tawar
- Terletak di daerah cekungan
- Sifat airnya tawar
- Biasanya ditumbuhi tanaman yang
besar
Rawa pasang surut
Rawa pasang surut
- Air yang ada dipengaruhi oleh pasang
surut air laut
- Airnya biasanya bersifat payau
bahkan asin
- Terletak di dekat pantai atau muara
sungai
- Sifat airnya asin atau payau
- Biasanya ditumbuhi tanaman bakau
Ku tekankan bahwa ini
adalah hasil perasan pikiranku, Kamu mungkin mempunyai pandangan-pandangan lain dari
setiap detil yang ku sampaikan.. he…
0 komentar:
Post a Comment