Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah istilah geografi mengenai
sebatang sungai, anak sungai dan area tanah yang dipengaruhinya.
Secara umum Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu
hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit)
yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut
atau danau. Dari definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan
ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia
berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan
outflow dari material dan energi.
DAS menurut istilah teknis adalah sebuah unit hydrogeologis yang
meliputi daerah dalam sebuah tempat penyaluran air. Air yang tersimpan di
daerah ini mengalir melalui suatu aliran ke sebuah tempat yang didaerah sebagai
outlet aliran air tersebut adalah garis pembagi antar DAS.
Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi
sangat diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang
selanjutnya didistribusikan melalui beberapa cara. Konsep daur hidrologi DAS
menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian
terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian akan
mengalir ke sungai sebagai debit aliran.
Fungsi Daerah Aliran Sungai adalah sebagai areal penangkapan air (catchment area), penyimpan
air (water storage)
dan penyalur air (distribution
water). Untuk tujuan pengelolaan dan perlindungan DAS dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah dan DAS bagian
hilir. Daerah hulu merupakan daerah yang berada dekat dengan aliran sungai yang
merupakan tempat tertinggi dalam suatu DAS, sedangkan daerah hilir adalah
daerah yang dekat dengan jalan keluar air bagi setiap DAS dan daerah tengah
adalah daerah yang terletak diantara daerah hulu dan daerah hilir.
DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola
untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang
antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. DAS bagian
tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan
ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti
pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Dan DAS bagian hilir didasarkan
pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat
bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan
kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait
untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Perubahan penggunaan lahan di suatu daerah aliran sungai (DAS),
khususnya lahan sawah yang berada di sekitar perkotaan untuk penggunaan lain
seperti bangunan industri dan perumahan dapat mengancam hilangnya produktivitas
lahan dan kelestarian lingkungan. Selain itu perubahan penggunaan lahan sawah
dapat menurunkan fungsinya dalam hal menahan dan mendistribusikan air hujan dan
air irigasi secara baik, sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan seperti
banjir, erosi, dan sedimentasi di daerah hilir. Seperti diketahui lahan sawah
diyakini dapat mencegah atau mempertahankan lingkungan dari kerusakan karena
kemampuannya menahan air, berfungsi sebagai dam dan dapat mengurangi erosi
karena adanya galengan dan lahannya berteras.
Kondisi
DAS dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria :
· Debit
sungai konstan dari tahun ke tahun
· Kualitas
air baik dari tahun ke tahun
· Fluktuasi
debit antara debit maksimum dan minimum kecil. Hal ini digambarkan dengan
nisbah.
· Ketinggian
muka air tanah konstan dari tahun ke tahun
Walaupun masih banyak parameter lain yang dapat dijadikan ukuran
kondisi suatu daerah aliran sungai, seperti parameter kelembagaan, parameter
peraturan perundang-undangan, parameter sumber daya manusia, parameter letak
geografis, parameter iklim, dan parameter teknologi, akan tetapi parameter air
masih merupakan salah satu input yang paling relevan dalam model DAS untuk
mengetahui tingkat kinerja DAS tersebut, khususnya apabila dikaitkan dengan
fungsi hidrologis DAS. Berdasarkan pertimbangan hal tersebut maka pembahasan
kondisi DAS dalam makalah ini memakai hidrograf aliran dan angkutan sedimen
sebagai ukuran tingkat kinerja DAS.
Perkembangan pembangunan di bidang permukiman, pertanian,
perkebunan, industri, eksploitasi sumber daya alam berupa penambangan, dan
ekploitasi hutan menyebabkan penurunan kondisi hidrologis suatu daerah aliran
sungai (DAS). Gejala penurunan fungsi hidrologis DAS ini dapat dijumpai di
beberapa wilayah Indonesia, seperti di Pulau Jawa, Pulau Sumatera, dan Pulau
Kalimantan, terutama sejak tahun dimulainya Pelita I yaitu pada tahun 1972.
Penurunan fungsi hidrologis tersebut menyebabkan kemampuan DAS untuk berfungsi
sebagai penyimpan air pada musim kemarau dan kemudian dipergunakan melepas air
sebagai “base flow” pada musim kemarau, telah menurun. Ketika air hujan
turun pada musim penghujan air akan langsung mengalir menjadi aliran permukaan
yang kadang-kadang menyebabkan banjir dan sebaliknya pada musim kemarau aliran
“base flow” sangat kecil bahkan pada beberapa sungai tidak ada aliran
sehingga ribuan hektar sawah dan tambak ikan tidak mendapat suplai air tawar.
Perubahan penggunaan lahan hampir pasti
mengikuti pola dari jenis penggunaan hutan ke pertanian, perkebunan, dan
berlanjut ke permukiman sejalan dengan perkembangan wilayah perkotaan.
Perubahan demikian jelas sangat berpengaruh terhadap neraca air wilayah dan
rezim hidrologi DAS bersangkutan. Perlu dicermati adanya kesimpulan yang
menyederhanakan dampak perubahan penggunaan lahan seolah-olah jenis tutupan
vegetasi tidak banyak berperan dan mengabaikan air konsumtif tanaman.
Secara umum dalam ilmu fisika, semakin luas suat penampang benda maka ia akan lebih cepat mengalami penguapan terlebih jika tidak ada zat lain yang bersifat memperlambat proses tersebut. Hal ini terkait dengan keadaan DAS yang dijadikan sebagai permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dengan bentuk pengolahan seperti itu akan membuat areal dan tereksploitasi sehingga pada akhirnya vegetasi pada DAS akan terus berkurang. Akibatnya tingkat evaporasi dan evapotranspirasi pun bertambah. Keadaan ini akan terus berkaitan dengan siklus hidrologis yang ada, dengan semakin banyaknya penguapan yang terjadi maka akan semakin banyak pula awan yang terbentuk dan curah hujan pun akan meningkat pada kondisi-kondisi tertentu. Ketika musim kemarau tiba, air yang ada sekitas DAS akan terus menguap dan karena proses penguapan tersebut kurang dapat diimbangi dengan hujan karena suhu rata-rata lebih tinggi dari biasanya maka timbullah istilah kekeringan. DAS yang diharapkan sebagai penampung air pun akhirnya tidak dapat difungsikan. Dan ketika musim penghujan tiba, curah hujan terus meningkat sementara vegetasi penutup di sekitar DAS telah sangat banyak berkurang hingga air yang ada hanya akan terus memenuhi DAS. Pada akhirnya DAS tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada, sehingga banjir tidak dapat dielakkan.
Secara umum dalam ilmu fisika, semakin luas suat penampang benda maka ia akan lebih cepat mengalami penguapan terlebih jika tidak ada zat lain yang bersifat memperlambat proses tersebut. Hal ini terkait dengan keadaan DAS yang dijadikan sebagai permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dengan bentuk pengolahan seperti itu akan membuat areal dan tereksploitasi sehingga pada akhirnya vegetasi pada DAS akan terus berkurang. Akibatnya tingkat evaporasi dan evapotranspirasi pun bertambah. Keadaan ini akan terus berkaitan dengan siklus hidrologis yang ada, dengan semakin banyaknya penguapan yang terjadi maka akan semakin banyak pula awan yang terbentuk dan curah hujan pun akan meningkat pada kondisi-kondisi tertentu. Ketika musim kemarau tiba, air yang ada sekitas DAS akan terus menguap dan karena proses penguapan tersebut kurang dapat diimbangi dengan hujan karena suhu rata-rata lebih tinggi dari biasanya maka timbullah istilah kekeringan. DAS yang diharapkan sebagai penampung air pun akhirnya tidak dapat difungsikan. Dan ketika musim penghujan tiba, curah hujan terus meningkat sementara vegetasi penutup di sekitar DAS telah sangat banyak berkurang hingga air yang ada hanya akan terus memenuhi DAS. Pada akhirnya DAS tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada, sehingga banjir tidak dapat dielakkan.
0 komentar:
Post a Comment